Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"
Lukas 2:14 (Matius 2:1-12) - Khotbah oleh Pastor Eric Chang
Hari ini, dengan kasih karunia Tuhan, saya akan menguraikan kepada Anda
tentang pesan yang dibawakan oleh para malaikat di dalam Lukas 2:14.
Perikop ini tentang para gembala yang sedang menjaga domba-domba mereka
di malam hari. Tiba-tiba para malaikat muncul di hadapan mereka.
Munculnya para malaikat bukanlah suatu hal yang luar biasa jika memang
ada pesan penting yang harus disampaikan. Kata 'malaikat' ini di dalam
bahasa Yunaninya, 'anggelos' memang berarti 'utusan'. Sebagai
contoh, Yohanes Pembaptis, di Matius 11:10, juga disebut sebagai
anggelos.
Di dalam ayat 10 malaikat itu berkata: "Jangan takut, sebab
sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh
bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di
kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi
dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Sangat sedikit bayi yang bisa ditemukan berada dalam palungan. Jadi ini akan menjadi tanda yang aman karena sangat diragukan akan ada bayi lain yang lahir dan dibaringkan dalam palungan. Palungan adalah tempat bagi makanan ternak di kandang. "Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'"
Sangat sedikit bayi yang bisa ditemukan berada dalam palungan. Jadi ini akan menjadi tanda yang aman karena sangat diragukan akan ada bayi lain yang lahir dan dibaringkan dalam palungan. Palungan adalah tempat bagi makanan ternak di kandang. "Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'"
Tiga Prinsip Damai Sejahtera
Dalam menguraikan tentang damai sejahtera, saya akan memberikan tiga hukum atau prinsip rohani yang ditemukan di dalam Kitab Suci. Di sekolah kita belajar mengenai hukum tentang materi, yang disebut ilmu fisika. Namun yang ingin saya sampaikan adalah hukum spiritual, hukum tentang kehidupan rohani. Kita belajar fisika untuk memahami segala sesuatu tentang sesuatu zat atau benda supaya kita dapat gunakan dan manfaatkannya dengan lebih baik. Dengan cara yang sama jika kita ingin mendayagunakan kekuatan rohani dan supaya kita tidak melakukan kesalahan rohani maka kita harus mengetahui hukum spiritual.
Hukum pertama: Di mana ada Kekudusan di situ ada Damai Sejahtera
Prinsip rohani yang pertama adalah bahwa damai sejahtera tidak dapat dipisahkan dengan kebenaran atau kekudusan. Damai sejahtera dan kebenaran selalu berjalan beriringan. Itu berarti jika tidak ada kebenaran, maka tidak akan ada damai sejahtera. Hanya jika ada kebenaran atau kekudusan maka ada damai sejahtera. Allah tidak berkenan kepada dosa dan kepada mereka yang gemar berbuat dosa. Allah tidak berkenan kepada mereka yang jahat atau yang berkubang dalam kejahatan.
Prinsip rohani yang pertama adalah bahwa damai sejahtera tidak dapat dipisahkan dengan kebenaran atau kekudusan. Damai sejahtera dan kebenaran selalu berjalan beriringan. Itu berarti jika tidak ada kebenaran, maka tidak akan ada damai sejahtera. Hanya jika ada kebenaran atau kekudusan maka ada damai sejahtera. Allah tidak berkenan kepada dosa dan kepada mereka yang gemar berbuat dosa. Allah tidak berkenan kepada mereka yang jahat atau yang berkubang dalam kejahatan.
Damai sejahtera dan Kekudusan Tak terpisahkan
Apakah Anda mempunyai damai sejahtera? Maksud saya damai sejahtera
rohani yang mendalam. Anda tidak akan dapat mengalami damai sejahtera
dan tidak akan mengerti arti damai sejahtera di dalam kekayaan maknanya
sebelum Anda belajar untuk hidup berkenan kepada Allah. Damai sejahtera
hanya akan Anda alami setelah Anda menyerahkan segenap hidup kepada-Nya
dan hidup di jalan-Nya. Ada orang Kristen yang berkata, "Kau tahu, aku
adalah orang Kristen, tetapi aku tidak punya damai sejahtera." Mengapa
sampai Anda menjadi Kristen tanpa memiliki damai sejahtera?
Damai sejahtera bukanlah hal yang tanpa syarat, buka sekedar urusan
dibaptis lalu Anda menerima damai sejahtera. Baptisan itu dapat
diibaratkan seperti mengambil satu langkah untuk memasuki kerajaan
Allah, namun masih ada satu perjalanan panjang yang harus Anda tempuh.
Ada kehidupan yang harus Anda jalani sebagai warga kerajaan Allah, atau
sebagai anggota keluarga Allah. Nah, jika Anda bercita-cita untuk
menjalani hidup yang selalu berkenan kepada-Nya dan berkata, "Aku gemar
mengerjakan kehendak-Mu, ya Allah," seperti yang Yesus katakan di Ibrani
10:7, maka orang semacam itu akan dipenuhi oleh damai sejahtera. Di mana
ada kekudusan di situ ada damai sejahtera. Jika Anda tidak menikmati
damai sejahtera, maka itu berarti Anda masih menyimpan dosa di dalam
hati Anda.
Dosa adalah unsur yang sangat mengganggu. Sisi negatif dari hukum rohani
adalah di mana ada dosa, pasti akan ada keresahan dan kegelisahan.
Walaupun Anda seorang jutawan, Anda tidak akan dapat membeli damai
sejahtera. Tak ada cara lain bagi Anda untuk memiliki damai sejahtera
tanpa memiliki kekudusan. Tidak akan ada damai sejahtera jika ada
ketidak-benaran di dalam hati Anda.
Pesan yang dibawa oleh para malaikat ini adalah bahwa damai sejahtera
itu ditujukan bagi mereka yang berkenan kepada Allah. Tak ada jalan
lain. Anda bisa saja membeli obat penenang. Jika Anda punya uang, Anda
bisa menikmati obat bius dan menelan obat tidur sampai Anda tidak mampu
berpikir lagi. Atau Anda bisa minum minuman keras dan dimabukkan oleh
alkohol. Pagi berikutnya, Anda terbangun dengan rasa sakit yang luar
biasa di kepala Anda, damai sejahteranya hilang lagi, sampai Anda
menenggak botol alkohol yang berikutnya. Anda tidak akan mendapatkan
damai sejahtera dengan bahan-bahan kimia. Damai sejahtera tidak dapat
dibeli. Anda tidak akan bisa mendapatkan damai sejahtera di dalam hati
yang hanya datang bersama dengan kekudusan. Inilah hukum rohani yang
anehnya jarang dibahas di dalam gereja-gereja zaman sekarang.
Bukti-bukti Alkitab
Di dalam Alkitab, entah di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, Anda akan menemukan bahwa damai sejahtera dan kekudusan selalu berjalan beriringan. Banyak referensi Alkitab yang menegaskan hal ini. Sebagai contoh, di dalam Ibrani 12:14, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Tanpa kekudusan, tidak ada yang akan melihat Allah, dan tanpa damai sejahtera, maka Anda tidak akan melihat Allah. Damai sejahtera dan kekudusan selalu berkaitan.
Di dalam Alkitab, entah di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, Anda akan menemukan bahwa damai sejahtera dan kekudusan selalu berjalan beriringan. Banyak referensi Alkitab yang menegaskan hal ini. Sebagai contoh, di dalam Ibrani 12:14, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Tanpa kekudusan, tidak ada yang akan melihat Allah, dan tanpa damai sejahtera, maka Anda tidak akan melihat Allah. Damai sejahtera dan kekudusan selalu berkaitan.
Nah sebagai orang Kristen tentunya Anda sudah sangat memahami bahwa
setiap kali Anda berbuat dosa, maka damai sejahtera Anda hilang.
Pernahkah Anda mengalami itu? Tiba-tiba saja damai sejahtera Anda
menghilang. Anda menjadi gelisah dan mudah tersinggung. Anda menjadi
gugup dan tegang. Anda menjadi murung dan sedih. Malahan, kejiwaan Anda
terganggu di saat Anda meninggalkan kekudusan dan kebenaran. Setelah
Anda mengembalikan kekudusan dan kebenaran ke dalam hidup Anda, dengan
segera damai sejahtera Allah membanjiri hati Anda. Anda tidak memerlukan
obat penenang, alkohol atau segala macam tongkat penopang. Ungkapan yang
sangat indah di Filipi 4:7 berkata, "damai sejahtera Allah akan menjaga
hati Anda di dalam Kristus Yesus".
Terdapat juga beberapa ayat seperti
2 Timotius 2:22. Yang ini khusus ditujukan kepada orang-orang muda.
Karena adanya beberapa dorongan alamiah, mereka bertindak ceroboh dan
akibatnya mereka kehilangan damai sejahtera mereka. Sebagai contoh, di
pasal 2, "Sebab itu jauhilah
nafsu orang muda, kejarlah keadilan(kebenaran atau righteousness),
kesetiaan, kasih dan damai." Perhatikan sekali lagi, di sini ada
kesatuan antara kebenaran yang berada di awal daftar dan damai yang
berada di akhir daftar dari empat kebajikan itu. Anda lihat betapa
keduanya selalu berkaitan: kebenaran dan damai sejahtera. Ayat itu
dilanjutkan dengan "bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada
Tuhan dengan hati yang murni".
Nah, jika kita tidak mengerti apa itu kebenaran, maka Paulus
menjelaskannya bagi kita sebagai hati yang murni. Ini sudah cukup
gamblang. Kebenaran yang Paulus sampaikan di sini adalah kebenaran dari
hati yang murni. Berbahagialah mereka yang berhati suci karena mereka
akan melihat Allah. Tanpa kekudusan, tak seorang pun bisa melihat Allah.
Orang yang berhati sucilah yang akan melihat Allah.
Satu lagi contoh di 2 Petrus 3:14
yang juga berbicara tentang damai sejahtera. "Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil
menantikan semuanya ini (yaitu langit dan bumi yang baru), kamu
harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di
hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. Saat Anda tanpa cacat dan
noda, berhati murni, mengasihi kebenaran, maka Anda akan mendapatkan
damai sejahtera. Anda akan melihat bahwa di sepanjang Kitab Suci, 'damai
sejahtera' tidak dapat dipisahkan dari 'kebenaran'. Paulus menggunakan
kata-kata seperti 'murni hatinya', atau 'tanpa cacat dan noda', semua
itu adalah suatu ungkapan dari kebenaran dan kekudusan. Dia memakai
ungkapan-ungkapan yang berbeda itu supaya kita tidak berusaha untuk
memakai penjelasan-penjelasan teologis untuk mengaburkan makna kebenaran
ini. Tidak! Paulus sedang berbicara tentang kekudusan yang praktis,
kemurnian di dalam hati, keadaan tanpa cacat dan tanpa noda.
Lalu bagaimana caranya mencapai
kekudusan ini? Nah, mari kita lihat 1 Tesalonika 5:23, "Semoga Allah damai sejahtera (Allah adalah
Allah damai sejahtera, mengapa? Karena Dia adalah Allah yang kudus)
menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara
sempurna dengan tak bercacat (perhatikan sekali lagi, sempurna
dengan tak bercacat, kembali ke masalah kekudusan) pada
kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Allah adalah Allah damai
sejahtera karena Dia adalah Allah yang kudus, yang adil dan Dia
menjadikan kita kudus.
Akan tetapi ingatlah juga, bahwa,
sekalipun Anda adalah seorang Kristen dan umat pilihan, Allah bisa saja
tidak berkenan kepada Anda. Dia tidak akan berkenan kepada Anda jika
Anda menginginkan hal yang jahat dan mengasihi dosa. Inilah peringatan
Paulus di dalam 1 Korintus 10:5, sehubungan dengan kebinasaan umat
Israel di padang gurun, "Tetapi
sungguh pun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar
dari mereka (siapakah mereka ini? Mereka adalah para leluhur bangsa
Israel.) Di dalam ayat 1, ia berkata, "Aku mau, supaya kamu
mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di
bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut."
(Dan di dalam ayat 5 dikatakan, bahwa sekalipun mereka telah
diselamatkan dari Mesir.) Allah tidak berkenan kepada bagian yang
terbesar dari mereka." Kata berkenan ini adalah kata yang
persis sama dengan yang ada di dalam Lukas 2:14 – "damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya".
Namun apa yang terjadi pada leluhur mereka, umat pilihan yang
nyata-nyata sudah diselamatkan secara ajaib dari Mesir? Ternyata Allah
tidak berkenan dengan mereka! Ini yang saya khawatirkan, bahwa Allah
tidak akan berkenan dengan sebagian besar dari orang Kristen di zaman
ini. Dan Paulus saat itu sedang berbicara kepada orang-orang Kristen.
Itulah sebabnya dia berkata di dalam ayat 6: Semuanya ini telah
terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya
jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka
perbuat. Peringatan bagi kita yang telah diselamatkan adalah agar
kita tidak menginginkan hal-hal yang jahat seperti mereka. Camkanlah hal
tersebut dengan baik.
Hanya dengan pemahaman itu baru Anda bisa mengerti tentang makna dari
pesan para malaikat. Mengapa mereka tidak berkata, "Damai sejahtera di
bumi"? Tidak. Tak akan ada damai sejahtera di bumi. Tetapi "damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berhati benar" atau yang "berkenan kepada-Nya" atau yang
"menyenangkan hati Allah". Mengapa?
Karena mereka mengasihi kebenaran. Tetapi, sekalipun sekarang ini Anda
benar, tetapi jika Anda berpaling dari kebenaran dan hidup tanpa
kemurnian di hati, maka Allah tidak akan berkenan dengan Anda.
Apakah yang terjadi pada mereka yang berada di padang gurun, yang tidak
berkenan kepada Allah itu? Di 1 Korintus 10, mereka semua mati di padang
gurun. Mereka dibinasakan. Mereka diselamatkan keluar dari Mesir akan
tetapi mereka mati di padang gurun. Paulus berkata, "Saya mau agar
kalian mengingat hal tersebut. Semua itu tertulis sebagai peringatan
bagi kita." Di dalam Ibrani 10:38, penulis surat Ibrani berkata,
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia
mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Akhir hidup
orang ini juga akan berujung pada kebinasaan. Biarlah Ibrani 10:38
menjadi peringatan bagi kita.
Di 1 Tesalonika 4:3,7 dikatakan bahwa kita ini dipanggil untuk hidup
kudus. Dan Kolose 3:15 memberitahu kita bahwa kita dipanggil untuk hidup
di dalam damai sejahtera. Kita dipanggil untuk masuk ke dalam damai
sejahtera karena kita dipanggil untuk menjadi kudus.
Perjanjian Lama Menegakkan Hal yang sama
Kita menemukan prinsip yang persis sama di Perjanjian Lama. Sebagai contoh di Yesaya 32:17 atau di Yesaya 59:7-8, semuanya menyatakan prinsip ini secara jelas. Kebenaran atau keadilan ditemukan beriringan dengan damai sejahtera. Itu sebabnya mengapa Yesaya 57:21 menyatakan Tuhan berfirman bahwa tak ada damai sejahtera bagi mereka yang jahat. Bagi orang-orang yang jahat, tidak ada damai sejahtera. Mereka tidak akan mendapatkan damai sejahtera baik di langit, di bumi atau pun di bawah tanah. Tidak tersedia damai sejahtera bagi mereka yang tidak mengasihi kebenaran.
Kita menemukan prinsip yang persis sama di Perjanjian Lama. Sebagai contoh di Yesaya 32:17 atau di Yesaya 59:7-8, semuanya menyatakan prinsip ini secara jelas. Kebenaran atau keadilan ditemukan beriringan dengan damai sejahtera. Itu sebabnya mengapa Yesaya 57:21 menyatakan Tuhan berfirman bahwa tak ada damai sejahtera bagi mereka yang jahat. Bagi orang-orang yang jahat, tidak ada damai sejahtera. Mereka tidak akan mendapatkan damai sejahtera baik di langit, di bumi atau pun di bawah tanah. Tidak tersedia damai sejahtera bagi mereka yang tidak mengasihi kebenaran.
Terdapat suatu ucapan yang indah di dalam Mazmur 85:11 - keadilan dan
damai sejahtera akan bercium-ciuman. Sungguh indah!
Kebenaran/keadilan dan damai sejahtera diibaratkan seperti sepasang
burung. Mereka berpadu secara indah di dalam Alkitab. Anda tidak bisa
memisahkan mereka. Itulah prinsip yang mendasar di dalam Kitab Suci dan
saya harap agar Anda memahaminya secara mendalam.
Hukum Kedua: Damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus
Hukum rohani yang kedua adalah ini: Damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus. Prinsip pertama tadi juga terkandung di dalam prinsip yang kedua ini. Kristus adalah damai sejahtera kita karena Dialah kebenaran kita. Sebagai contoh, di Efesus 2:14 disebutkan bahwa Kristus adalah damai sejahtera kita. Namun di dalam 1 Korintus 1:30, dikatakan bahwa Kristus adalah kebenaran dan kekudusan kita. Dia adalah damai sejahtera kita karena Dia adalah kebenaran dan kekudusan kita. Bagaimana Dia bisa menjadi damai sejahtera dan kekudusan kita? Kita baca pernyataan yang indah itu di dalam Yesaya 53:5 yang di dalam Authorized Version tertulis the chastisement of our peace was upon him (di dalam LAI, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya). Apakah artinya the chastisement of our peace (ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita)? Artinya adalah bahwa Dia menanggung ganjaran itu untuk menjamin damai sejahtera kita. Dia menderita dalam rangka menegakkan damai sejahtera bagi kita – ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Dialah yang dapat membuat damai sejahtera itu menjadi mungkin kita peroleh. Karena kita ini adalah orang berdosa, maka kita berada dalam kutukan untuk tidak pernah memiliki damai sejahtera. Tak ada harapan bagi kita untuk memperoleh damai sejahtera. Namun di sinilah keindahannya, yaitu bahwa Dia datang untuk menegakkan damai sejahtera bagi kita. Dia membuka peluang bagi orang berdosa untuk menjadi orang benar dan, dengan demikian, memiliki damai sejahtera.
Tidak ada jalan pintas untuk damai sejahtera. Kebenaran tidak dapat
diabaikan. Anda harus memiliki kebenaran untuk memiliki damai sejahtera.
Hal ini menjelaskan mengapa Yesus harus mati. Jika Dia tidak mau
menanggung hukuman atas dosa, maka tidak akan ada damai sejahtera. Kita
tidak akan memperoleh damai sejahtera. Kita akan berada di bawah kutukan
untuk selalu diliputi kegelisahan.
Di dalam Alkitab, damai sejahtera selalu dikaitkan dengan kehidupan.
Hidup dan damai sejahtera berjalan beriringan. (Sebagai contoh, Roma
8:6, atau Maleakhi 2:5.) Nah, bagaimanakah cara Yesus mengamankan damai
sejahtera bagi kita ini? Ya, melalui salib-Nya. Itulah makna dari
ganjaran. Melalui salib-Nya, Dia menegakkan damai sejahtera bagi kita.
Pokok ini dapat kita lihat di Roma 5:1, Kolose 1:20 dan sebagainya.
Diselamatkan berarti ditransformasi menjadi Manusia Baru
Yang kedua, Yesus tidak sekadar menjalankan hukuman legal di salib yang membatalkan kuasa maut ke atas kita. Karena kalau sebatas itu saja, maka kebenaran itu masih eksternal bagi kita. Jika kebenaran itu hanya sebatas kulitnya saja, maka damai sejahteranya juga hanya pada kulitnya saja. Artinya, jika secara hukum saya dinyatakan benar, maka saya berada di dalam kedudukan hukum yang baru. Artinya, saya ditunjuk atau ditetapkan menurut hukum sebagai benar, dan itu adalah suatu kedudukan yang sangat luar biasa bagi seorang pelaku kejahatan. Dia yang bersalah dinyatakan tidak bersalah. Itu bagus. Tapi bagaimana dengan diri orang itu? Dia tetap saja pelaku kejahatan. Dan dosa-dosa yang pernah dia lakukan sebelumnya, tetap saja masih bisa dia lakukan lagi, dan dia akan kembali lagi ke meja pengadilan dengan tuduhan yang baru. Ini bukanlah kedudukan yang membawa kebahagiaan tentunya.
Yang kedua, Yesus tidak sekadar menjalankan hukuman legal di salib yang membatalkan kuasa maut ke atas kita. Karena kalau sebatas itu saja, maka kebenaran itu masih eksternal bagi kita. Jika kebenaran itu hanya sebatas kulitnya saja, maka damai sejahteranya juga hanya pada kulitnya saja. Artinya, jika secara hukum saya dinyatakan benar, maka saya berada di dalam kedudukan hukum yang baru. Artinya, saya ditunjuk atau ditetapkan menurut hukum sebagai benar, dan itu adalah suatu kedudukan yang sangat luar biasa bagi seorang pelaku kejahatan. Dia yang bersalah dinyatakan tidak bersalah. Itu bagus. Tapi bagaimana dengan diri orang itu? Dia tetap saja pelaku kejahatan. Dan dosa-dosa yang pernah dia lakukan sebelumnya, tetap saja masih bisa dia lakukan lagi, dan dia akan kembali lagi ke meja pengadilan dengan tuduhan yang baru. Ini bukanlah kedudukan yang membawa kebahagiaan tentunya.
Nah sekarang ini, seringkali
khotbah-khotbah yang disampaikan berpusat pada keselamatan dan
pengampunan saja. Pengampunan itu memang indah akan tetapi masih belum
cukup. Membebaskan seorang pembunuh berdarah dingin dan berkata,
"Baiklah, aku akan membayar hukuman atas dosanya dan dia diampuni." Itu
sangat bagus! Dengan demikian si pembunuh itu diampuni. Beranikah Anda
membiarkan pembunuh ini keluyuran di jalanan lagi? Saya rasa orang yang
melepaskan pembunuh itu berkeliaran lagi di jalanan adalah orang yang
sangat tidak bertanggung jawab, karena pembunuh itu akan melakukan lagi
aksinya. Atau seorang yang mengidap kleptomania, ketagihan mencuri,
baiklah, dia telah mencuri sesuatu, dan Anda mengampuni dia karena dia
berkata, "Aku menyesal." Baik, Anda mengampuni dia. Lalu apa yang akan
terjadi? Anda bebaskan dia, dan dia akan mencuri lagi. Keselamatan
seperti itu bukanlah keselamatan yang utuh.
Akan tetapi, itulah makna keselamatan yang sering dikhotbahkan sekarang
ini. Padahal makna keselamatan lebih dari itu. Alkitab memberitahu kita
bahwa diselamatkan berarti diubah menjadi manusia baru. Ini adalah
perkara perubahan. Barangsiapa berada di dalam Kristus, maka dia adalah
ciptaan yang baru. Itulah arti dilahirkan kembali, yaitu ia telah
diubah! Itulah indahnya keselamatan. Dengan demikian, kita tidak sekadar
dinyatakan benar secara hukum, tetapi Allah juga membentuk kita menjadi
benar. Dia memberi Anda hati yang baru, begitulah kata-kata yang dipakai
oleh Yehezkiel, Dia menaruh hati yang baru di dalam kita. Dia akan
menyingkirkan hati batu dan menaruh hati daging, yaitu hati yang hidup
di dalam kita. Yang mati dikeluarkan dan yang hidup dimasukkan. Kita
diubahkan sepenuhnya. Kita dibuat menjadi benar. Itu sebabnya rasul
Yohanes berkata di dalam suratnya yang pertama bahwa barangsiapa
dilahirkan dari Allah tidak berbuat dosa. Watak yang baru di dalam diri
Anda tidak berbuat dosa. Anda telah diubah! Anda telah ditransformasi!
Sungguh indah!
Transformasi adalah suatu proses
Namun transformasi itu sendiri adalah suatu proses. Kita tidak serta merta menjadi baru dalam sehari. Sebagai orang Kristen, tentunya Anda tahu, betapa berat pergumulan melawan dosa itu. Penulis surat Ibrani berkata kepada orang-orang Ibrani, "dalam pergumulanmu melawan dosa, kamu belum sampai mengucurkan darah, kamu masih belum menuntaskan pergumulanmu". Kita setiap hari berperang melawan dosa. Kita masih belum sempurna. Seperti kata Paulus di dalam Filipi 3, bukannya karena aku sudah sempurna, namun aku terus berlari ke depan. Artinya, kadang kala di dalam pergumulan kita melawan dosa, Anda akan mendapati bahwa damai sejahtera terganggu. Sebagai contoh, jika Anda membiarkan dosa meresap ke dalam hidup Anda maka Anda akan kehilangan damai sejahtera itu. Hubungan Anda dengan Allah masih bertahan. Damai sejahtera di permukaan masih terlihat, akan tetapi damai sejahtera yang di dalam hati hilang. Karena itu seorang Kristen yang belum membulatkan tekad di dalam hatinya untuk melawan dosa maka hidupnya sangatlah merana.
Namun transformasi itu sendiri adalah suatu proses. Kita tidak serta merta menjadi baru dalam sehari. Sebagai orang Kristen, tentunya Anda tahu, betapa berat pergumulan melawan dosa itu. Penulis surat Ibrani berkata kepada orang-orang Ibrani, "dalam pergumulanmu melawan dosa, kamu belum sampai mengucurkan darah, kamu masih belum menuntaskan pergumulanmu". Kita setiap hari berperang melawan dosa. Kita masih belum sempurna. Seperti kata Paulus di dalam Filipi 3, bukannya karena aku sudah sempurna, namun aku terus berlari ke depan. Artinya, kadang kala di dalam pergumulan kita melawan dosa, Anda akan mendapati bahwa damai sejahtera terganggu. Sebagai contoh, jika Anda membiarkan dosa meresap ke dalam hidup Anda maka Anda akan kehilangan damai sejahtera itu. Hubungan Anda dengan Allah masih bertahan. Damai sejahtera di permukaan masih terlihat, akan tetapi damai sejahtera yang di dalam hati hilang. Karena itu seorang Kristen yang belum membulatkan tekad di dalam hatinya untuk melawan dosa maka hidupnya sangatlah merana.
Sebagai contoh, Anda mungkin sedang bermain-main dengan suatu pikiran
dosa dan untuk sesaat Anda menikmatinya. Tiba-tiba saja Anda mendapati
bahwa damai sejahtera Anda menghilang. Pernahkah Anda mendapati hal
semacam itu? Lalu muncullah pergolakan dan Anda tidak lagi menikmati
dosa yang tadinya sempat Anda nikmati. Malahan sekarang dosa itu membuat
Anda tidak tenang dan menderita karena Anda telah membiarkan sesuatu
yang najis ke dalam hidup Anda. Anda kehilangan damai sejahtera yang
seharusnya berhak Anda miliki di dalam Kristus.
Itulah sebabnya mengapa kita harus senantiasa bergantung kepada Roh
Kudus untuk selalu membawa kembali kekudusan dan damai sejahtera ke
dalam hidup kita. Roh Kudus juga adalah Roh damai sejahtera. Sebagai
contoh, di dalam Galatia 5:22 kita lihat bahwa buah Roh adalah kasih,
sukacita dan damai sejahtera. Ada ayat yang indah dari Mazmur 119:165,
Besarlah ketenteraman (bukan sekadar damai saja melainkan damai
yang besar) pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu
sandungan bagi mereka. Oh, sungguh indah Taurat Allah! Nah, apa itu
Taurat Allah? Nah, bacalah ayat yang sebelumnya, yaitu ayat 164:
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu
yang adil. Orang yang mengasihi hukum Allah adalah orang yang
mengasihi keadilan/kebenaran. Itu sebabnya mengapa dia memiliki damai
sejahtera. Orang yang mengasihi kebenaran dan membenci dosa adalah orang
yang memiliki damai sejahtera yang besar. Tetapkanlah hati Anda dengan
kasih karunia dari Allah untuk mengasihi kebenaran. Dan selanjutnya Anda
akan mendapati damai sejahtera dari Allah membanjiri hati Anda.
Tanpa Kekudusan tidak ada Damai Sejahtera
Namun seringkali keselamatan disampaikan tanpa mengaitkannya dengan kekudusan. Sebagai contoh, ayat yang sering tidak dikutip seluruhnya adalah Roma 6:23, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.." Jadi, di satu sisi Anda melihat pasangan dosa dengan maut. Di sisi lain Anda melihat di dalam Kristus Yesus ada hidup yang kekal. Nah, saya yakin, tentunya Anda telah sering mendengar ayat ini dikhotbahkan. Akan tetapi satu unsur penting sering diabaikan. Apakah unsur yang sangat penting itu? Sering diberitakan bahwa Allah memberi Anda hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus melalui iman tanpa peduli apakah Anda benar atau tidak. Tidak ditekankan kasih akan kebenaran dan hidup yang kudus. Kekudusan dibuang begitu saja karena kekudusan disamakan dengan mengerjakan hukum Taurat. Ini adalah kesalahan yang paling besar. Jika Anda melakukan kesalahan yang ini, maka Anda akan menjadi bagian dari mereka yang tidak bahagia, yang menyebut dirinya 'Kristen' tetapi tidak tahu apa-apa tentang damai sejahtera.
Namun seringkali keselamatan disampaikan tanpa mengaitkannya dengan kekudusan. Sebagai contoh, ayat yang sering tidak dikutip seluruhnya adalah Roma 6:23, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.." Jadi, di satu sisi Anda melihat pasangan dosa dengan maut. Di sisi lain Anda melihat di dalam Kristus Yesus ada hidup yang kekal. Nah, saya yakin, tentunya Anda telah sering mendengar ayat ini dikhotbahkan. Akan tetapi satu unsur penting sering diabaikan. Apakah unsur yang sangat penting itu? Sering diberitakan bahwa Allah memberi Anda hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus melalui iman tanpa peduli apakah Anda benar atau tidak. Tidak ditekankan kasih akan kebenaran dan hidup yang kudus. Kekudusan dibuang begitu saja karena kekudusan disamakan dengan mengerjakan hukum Taurat. Ini adalah kesalahan yang paling besar. Jika Anda melakukan kesalahan yang ini, maka Anda akan menjadi bagian dari mereka yang tidak bahagia, yang menyebut dirinya 'Kristen' tetapi tidak tahu apa-apa tentang damai sejahtera.
Nah, dalam mengutip ayat ini kepada
orang lain, Anda wajib menjelaskan juga ayat-ayat yang sebelum itu.
Jangan pernah mengutip ayat keluar dari konteksnya. Apakah yang
disampaikan oleh konteks yang ada di sini? Ayat yang berada persis
sebelumnya, ayat 22 berbunyi, "Tetapi sekarang,
setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba
Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan (itulah
kekudusan) dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Anda
tidak memiliki hidup yang kekal dan damai sejahtera tanpa adanya
pengudusan. Anda tidak akan memperoleh damai sejahtera tanpa kekudusan.
Anda tidak akan mendapatkan hidup yang kekal tanpa kekudusan.
Inilah hukum pertama yang
saya uraikan tadi ini. Jika di dalam bidang teknik, maka ini bisa
disamakan dengan prinsip pertama dari hukum termo-dinamika. Inilah hukum
rohani yang penting untuk Anda pahami. Jika tidak, maka Anda akan
membuat berbagai macam kesalahan yang mendasar. Di zaman sekarang ini,
banyak yang memberitakan Injil tanpa memahami hukum rohani ini.
Bayangkanlah seorang insinyur yang bekerja tanpa memahami prinsip yang
pertama dari hukum termo-dinamika. Bencana macam apakah yang mungkin dia
timbulkan? Jangan pernah memberitakan keselamatan seolah-olah Allah
sedang membagikan hidup yang kekal sebagai hadiah gratis tanpa peduli
apakah Anda akan melanjutkan hidup di dalam dosa atau tidak. Selama Anda
percaya kepada Dia, maka Anda boleh berbuat dosa sebanyak yang Anda mau.
Tidak akan ada masalah. Tak ada ajaran Alkitab mengenai hal semacam itu.
Baca sekali lagi ayat 22. Dia berbicara kepada orang-orang Kristen, dia
tidak sedang berbicara kepada orang-orang non-Kristen. Dia berbicara
kepada Anda: Tetapi sekarang, setelah kamu (kalian orang-orang
Roma, kalian orang-orang Kristen) dimerdekakan dari dosa (lantas
apa yang terjadi?) dan setelah kamu menjadi hamba Allah. Dan apa
artinya menjadi hamba Allah? Apa hasil dari menjadi hamba Allah?
Hasilnya (hasil dari menjadi hamba Allah) adalah pengudusan
(kekudusan). Dia berbicara kepada orang-orang yang merupakan hamba
Allah, para budak Allah. Mari kita tegaskan satu hal. Karunia hidup yang
kekal ini diberikan kepada para budak Allah, yang sudah dibebaskan dari
dosa dengan kasih karunia Allah, dan pemberian itu dilakukan di akhir
pengudusan. Perhatikan baik-baik, apakah kesudahannya? Kesudahan itu
berkaitan dengan pengudusan. Dan kesudahan dari pengudusan adalah hidup
yang kekal. Di mana ada damai sejahtera, di sana ada kehidupan, yaitu
hidup yang kekal.
Di dalam hukum kedua disebutkan bahwa damai sejahtera hanya ada di dalam
Kristus. Ini berarti hidup yang kekal dan keselamatan itu hanya ada di
dalam Kristus. Ini juga berarti bahwa hanya saat Yesus datang ke dalam
hidup saya, membebaskan saya dari belenggu dosa dan mengubah hidup
sehingga saya menjadi budak Allah dan gemar mengerjakan kehendak-Nya,
maka pada akhir dari proses ini, datanglah hidup yang kekal. Karunia
hidup yang kekal dari Allah diberikan pada akhir dari proses pengudusan.
Itulah yang dikatakan oleh surat Roma. Bacalah ayat tersebut dengan
teliti. Firman Allah selalu konsisten. Ia tidak pernah bertentangan di
dalam dirinya sendiri. Seperti selarasnya ciptaan Allah yang di dunia,
demikian pula keselarasan hukum rohani-Nya. Dunia rohani berfungsi
dengan aturan-aturan dan ketepatan sebagaimana yang terlihat di dunia
materi, karena Allah-lah yang menciptakan keduanya, yang rohani dan yang
jasmani.
Hukum Ketiga: Yang Baik dan yang Jahat adalah Lawan yang tak dapat disatukan
Hukum rohani yang ketiga dan yang terakhir adalah ini: Kebenaran pasti ditentang oleh kejahatan. Atau dengan kata lain, hukum rohani ini menyatakan bahwa yang baik dan yang jahat adalah lawan yang tidak dapat disatukan. Mereka tidak akan pernah dapat disatukan. Anda tidak akan pernah dapat mempersatukan yang baik dan yang jahat, entah dalam diri satu orang atau pun di dalam dunia. Keduanya adalah dua kuasa yang tidak mungkin berdiri berdampingan secara bersama-sama. Mereka akan selalu berada dalam keadaan saling berlawanan dan salah satunya akan dikalahkan. Itulah alasan mengapa Anda tidak akan pernah dapat memiliki damai sejahtera jika Anda membiarkan kebenaran dan kejahatan hadir bersama-sama di dalam diri Anda. Itulah sebabnya Kitab Suci menuntut komitmen total dari kita.
Tak ada orang yang lebih
sengsara daripada mereka yang tidak berkomitmen secara penuh. Dia
menyerahkan separuh hidupnya dan yang separuh lagi tidak diserahkan.
Yang separuh baik dan yang separuh lagi jahat. Separuh terang, separuh
gelap. Dia tidak di sini, juga tidak di sana. Orang seperti itu akan
hidup dalam kekacauan yang paling parah! Tidaklah adil jika kita berkata
kepada orang bahwa dia bisa menjadi Kristen tanpa memberitahu dia bahwa
dia harus menetapkan dengan tegas kemana dia berpihak. Sama seperti kata
Yosua kepada umat Israel, "Jika Allah itulah Tuhan, maka sembahlah Dia.
Tetapi jika berhala-berhala itulah tuhan, jika Baal adalah tuhan, maka
sembahlah mereka. Tetapi janganlah mencoba untuk berdiri di
tengah-tengah dan menyembah dua-duanya." Jika uang adalah tuhan Anda,
maka silakan Anda menyembah uang. Akan tetapi jika Allah yang hidup
adalah Tuhan Anda, maka sembahlah Allah yang hidup. Jangan mencoba untuk
menyembah keduanya. Jika Anda mencoba untuk menyembah keduanya, maka
Anda akan masuk ke dalam kekacauan yang begitu hebat sehingga Anda
mungkin berharap untuk tidak dilahirkan sama sekali!
Jangan jadikan hidup Anda medan pertempuran
Inilah prinsipnya: yang baik dan yang jahat tidak akan pernah bersatu. Mereka akan selalu berada dalam pertentangan satu dengan yang lain. Jika Anda biarkan keduanya ada di dalam diri Anda, maka hidup Anda akan mereka jadikan medan perang.
Inilah prinsipnya: yang baik dan yang jahat tidak akan pernah bersatu. Mereka akan selalu berada dalam pertentangan satu dengan yang lain. Jika Anda biarkan keduanya ada di dalam diri Anda, maka hidup Anda akan mereka jadikan medan perang.
Apakah Anda ingin hidup Anda dijadikan medan perang antara kebaikan
melawan kejahatan? Apakah Anda ingin Roh Kudus dan setan berperang
memperebutkan Anda di sepanjang hidup Anda? Nah, tahukah Anda apa yang
terjadi dengan daerah-daerah yang menjadi medan pertempuran?
Bangunan-bangunan dijatuhi bom, ladang-ladang dibakar, segala sesuatunya
hancur berantakan. Dan saya lihat begitu banyak orang Kristen yang hidup
dalam keadaan yang berantakan karena peperangan berkutat di dalam
dirinya sendiri. Ini adalah suatu bencana. Saya dibesarkan dalam suasana
perang. Saya tahu apa akibat perang terhadap suatu negara. Dengan mata
saya sendiri, saya pernah melihat peperangan. Mereka bertempur tepat di
sekitar saya – senjata mesin dan meriam dan tank, dan pertempuran
berlangsung di mana-mana! Orang-orang mati di jalanan. Apakah Anda ingin
menjadikan hidup Anda sebagai medan perang?
Jika tidak, maka berkomitmenlah
sepenuhnya. Putuskan dengan tegas kemana Anda akan berpihak, dan
katakan, "Tuhan, dengan kasih karunia-Mu, aku menetapkan untuk berpihak
ke sini dan aku akan bertahan di sini." Kata 'stand
(berdiri, berpihak, bertahan)' adalah kata yang digemari oleh Paulus.
Berdirilah tegak, katanya, dalam segala perlengkapan senjata Allah.
Bertahanlah dan jangan pernah menyerah kepada yang jahat. Ini adalah
hukum yang fundamental.
Tak akan ada damai sejahtera di dunia
Nah, di dunia ini tidak akan ada damai sejahtera. Saya adalah seorang
yang realis (memandang secara apa adanya). Seorang Kristen adalah
seorang yang realis. Di dunia ini, tidak akan ada damai sejahtera.
Mengapa? Jika Anda memahami hukum rohani yang satu ini, maka Anda akan
tahu mengapa. Karena di dunia ini ada pihak yang jahat. Dan pihak yang
jahat menentang pihak yang baik. Itulah sebabnya, apapun yang dikatakan
oleh para politikus, akan selalu ada perang di dunia ini. Karena
kejahatan masih akan ada, selagi kerajaan Allah belum menegakkan
kuasanya atas bumi dan menyapu kejahatan dari bumi.
Setiap orang yang
memberitakan injil sosial dan mengira bahwa ia dapat menegakkan damai
sejahtera di muka bumi ini adalah orang yang belum mengerti persoalan
yang ada. Karena kejahatan tidak dapat dikalahkan dengan kekuatan
senjata. Anda tidak akan dapat menyingkirkan kejahatan dengan kekuatan
senjata, sama dengan kebaikan tidak dapat disingkirkan oleh kekuatan
senjata. Tidak akan berhasil. Anda tidak dapat memakai sarana fisik
untuk menegakkan damai sejahtera.
Saya telah memikirkan hal
ini cukup lama karena saya sangat prihatin dengan dunia tempat tinggal
kita. Ambisi saya dahulu adalah menjadi orang militer. Mudah-mudahan
menjadi seorang jendral yang hebat, mungkin menjadi panglima perang,
atau menjadi panglima tertinggi, supaya dengan kekuatan militer saya
dapat menegakkan perdamaian. Saat itu saya sangat bodoh, sama bodohnya
seperti para politikus zaman sekarang.
Damai sejahtera tidak dapat ditegakkan di bumi dengan kekuatan manusia,
kekuatan militer, atau kekuatan ekonomi. Lihatlah betapa negara-negara
dengan standar kehidupan yang tinggi diisi oleh masyarakat dengan
ketegangan syaraf yang parah dan tingkat bunuh diri yang tinggi. Tak ada
satupun negara miskin yang mampu menyaingi 'negera-negara maju' itu
dalam hal statistik bunuh diri. Sedemikian parahnya tingkat gangguan
mental yang dialami negara-negara yang berekonomi maju. Manusia tidak
punya sarana apapun untuk mengatasi kejahatan. Tidak ada senjata yang
dapat diandalkan untuk mengatasi kejahatan. Boleh saja manusia
mengembangkan bom hidrogen, bom kobalt, bom atom, atau bom jenis apapun
itu, akan tetapi tetap saja dia tidak dapat mengembangkan senjata yang
bisa mengalahkan kejahatan.
Hanya di dalam Kristus ada damai sejahtera. Hanya Dia yang memiliki
kuasa untuk mengatasi kejahatan. Apakah Anda ingin berbuat sesuatu bagi
dunia ini? Kita harus memiliki keprihatinan pada dunia tempat tinggal
kita ini. Akan tetapi kita juga harus menjadi orang yang realis. Tidak
ada satupun cara bagi kita untuk menegakkan damai sejahtera di dunia ini
selama kejahatan masih ada. Demikianlah, entah di dalam kehidupan
pribadi Anda mau pun di dunia ini secara umum, hukum yang mendasar ini
selalu berlaku. Kita bisa saja menikmati suatu masa tanpa ada
peperangan, karena negara-negara yang bersaing itu tidak cukup kuat
untuk mengalahkan lawannya. Jadi, di permukaannya kita menikmati
gencatan senjata, akan tetapi kita tidak akan pernah memiliki damai
sejahtera dalam arti yang sesungguhnya.
Itu sebabnya di dalam Matius 10:34
Yesus berkata, "Jangan kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang
bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Nah, pernyataan ini,
secara sekilas tampaknya bertolak belakang dengan pesan yang disampaikan
oleh para malaikat. Akan tetapi tidak demikian. Pernyataan ini justru
menguraikan tentang prinsip yang ketiga bahwa Yesus tidak datang untuk
membawa damai ke dunia ini.
Ingatlah bahwa pesan yang dibawakan
oleh para malaikat itu berbunyi: "Damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya",
bukan sekadar damai sejahtera di atas bumi. Alkitab tidak pernah
menjanjikan damai sejahtera bagi bumi, melainkan damai sejahtera bagi
orang yang benar, bagi orang yang berkenan kepada Allah dan yang
mengasihi kebenaran. Kedatangan Yesus ke dunia ini sebenarnya justru
meningkatkan peperangan melawan kejahatan. Itulah sebabnya Dia tidak
datang membawa damai melainkan pedang, karena yang baik dan yang jahat
tidak dapat disatukan.
Banyak orang yang bingung memahami Matius 10:34. Anda tidak perlu
bingung. Jika Anda mengerti hukum rohani atau hukum kehidupan rohani
yang ketiga ini, maka Anda akan memahami dengan sempurna apa yang
dikatakan oleh Yesus. Setelah Yesus datang ke bumi, konflik antara yang
baik dan yang jahat malahan semakin meruncing karena kekuatan kebaikan
yang besar sedang hadir di bumi.
Alasan mengapa konflik itu semakin meruncing disampaikan oleh Yesus di
dalam Yohanes 3:19, yaitu karena manusia lebih menyukai kegelapan
dari pada terang. Kecenderungan masyarakat adalah lebih memilih
kegelapan. Itulah sebabnya mengapa tidak akan ada damai sejahtera.
Selama manusia belum diubah, maka keadaan dunia ini tidak akan dapat
diubah. Percuma saja berusaha mengubah suatu negara tanpa mengubah
masyarakatnya. Anda bisa saja mengubah perekonomiannya, angkatan
perangnya, pendidikannya, akan tetapi selama manusianya sendiri masih
manusia berdosa tidak akan ada damai. Manusia sekalipun dia adalah
pendosa yang terdidik, pendosa yang makmur, pendosa jenis apapun itu
namun dia tetap seorang yang berdosa. Tidak akan ada damai sejahtera di
muka bumi ini sebelum kerajaan Allah hadir. Itulah sebabnya mengapa kita
berdoa, "Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di
surga." Saat datangnya kerajaan adalah saat berhentinya kejahatan
manusia yang lebih menyukai kegelapan daripada terang. Hanya setelah
kehendak Allah terlaksana maka akan ada damai sejahtera.
Orang Kristen pasti akan menderita di dunia ini
Lalu di mana posisi kita sebagai orang Kristen di dalam terang pemahaman hukum yang ketiga ini? Posisi kita sederhana saja. Jika kita orang benar maka kita pasti akan menderita di dunia ini. Semakin benar Anda, semakin baik Anda, maka semakin keras penolakan dan kepahitan dan aniaya yang akan Anda hadapi. Dan bersyukurlah kepada Allah akan hal tersebut. Karena itu berarti bahwa Anda masuk ke dalam golongan mereka yang baik karena Anda sudah menjadi target setan. Setan sedang bangkit menyerang Anda. Itu sebabnya, setiap orang Kristen yang memahami prinsip yang ketiga ini tidak akan bingung jika segala sesuatunya mulai tidak beres.
Lalu di mana posisi kita sebagai orang Kristen di dalam terang pemahaman hukum yang ketiga ini? Posisi kita sederhana saja. Jika kita orang benar maka kita pasti akan menderita di dunia ini. Semakin benar Anda, semakin baik Anda, maka semakin keras penolakan dan kepahitan dan aniaya yang akan Anda hadapi. Dan bersyukurlah kepada Allah akan hal tersebut. Karena itu berarti bahwa Anda masuk ke dalam golongan mereka yang baik karena Anda sudah menjadi target setan. Setan sedang bangkit menyerang Anda. Itu sebabnya, setiap orang Kristen yang memahami prinsip yang ketiga ini tidak akan bingung jika segala sesuatunya mulai tidak beres.
Anda ingin berbuat sesuatu bagi Tuhan dan segala sesuatu mulai tidak
beres. Jika Anda memahami prinsip yang ketiga ini, maka Anda akan
mengerti bahwa hal tersebut pasti terjadi. Saya katakan ini kepada
setiap orang Kristen yang masih baru. Setiap orang Kristen, setiap orang
yang berpihak kepada Kristus, bersiaplah menghadapi masalah, karena ada
hukum yang menyatakan bahwa yang baik dan yang jahat tidak bisa
diperdamaikan. Semakin baik Anda, maka akan semakin besar penolakannya.
Contohnya Yesus, sedemikian keras penolakan terhadap Dia sehingga Dia
dibunuh. Tak seorang pun dari kita yang sedemikian baik dan benar
sehingga sampai menerima aniaya seburuk itu.
Semakin Anda melangkah maju di dalam kehidupan rohani, semakin benar dan
kudus hidup Anda, maka akan semakin besar pula perlawanan dan kebencian
yang akan datang kepada Anda. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Karena
dunia membenci Aku, maka dunia juga akan membenci kamu." Jadi
bersiaplah. Jangan kaget jika hal-hal tersebut mulai datang. Seperti
yang dikatakan oleh rasul Petrus, janganlah mengira bahwa sesuatu yang
aneh sedang terjadi jika aniaya mulai datang melanda kamu. Pahamilah
hukum rohani bahwa yang baik dan yang jahat selalu berada dalam konflik
yang tak terdamaikan.
Damai sejahtera datang ke dunia ini hanya di dalam hati
Namun walaupun konflik yang terjadi itu sangatlah hebat, tetapi damai sejahtera yang ada di dalam hati sangatlah indah. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya di Yohanes 16:33, "Di dunia ini, kamu akan mengalami kesukaran, kamu akan menderita, kamu akan dianiaya, tetapi di dalam Aku, kamu akan memiliki damai sejahtera." Artinya, mereka akan menikmati damai sejahtera yang sangat indah di dalam Kristus. Saya bersyukur kepada Allah akan adanya damai sejahtera yang sangat indah di dalam hati ini. Di luar, kita berhadapan dengan masalah, konflik, kesukaran, kepahitan dan kecaman. Akan tetapi di dalam, ada damai sejahtera yang tak bisa diambil oleh orang lain.
Namun walaupun konflik yang terjadi itu sangatlah hebat, tetapi damai sejahtera yang ada di dalam hati sangatlah indah. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya di Yohanes 16:33, "Di dunia ini, kamu akan mengalami kesukaran, kamu akan menderita, kamu akan dianiaya, tetapi di dalam Aku, kamu akan memiliki damai sejahtera." Artinya, mereka akan menikmati damai sejahtera yang sangat indah di dalam Kristus. Saya bersyukur kepada Allah akan adanya damai sejahtera yang sangat indah di dalam hati ini. Di luar, kita berhadapan dengan masalah, konflik, kesukaran, kepahitan dan kecaman. Akan tetapi di dalam, ada damai sejahtera yang tak bisa diambil oleh orang lain.
Itulah sebabnya mengapa ketika berada di penjara, rasul Paulus bisa
bersukacita. Saat kita mempelajari surat Filipi, kata kunci di surat itu
adalah sukacita. Mengapa seseorang dapat memberi ucapan syukur saat
berada di penjara? Karena adanya damai sejahtera yang luar biasa di
dalam hati ini. Di luarnya, dunia sedang bergejolak, akan tetapi di
dalam, hati Anda dijaga, dilindungi oleh damai sejahtera dari Allah.
Kata Paulus di dalam Filipi 4:7, damai sejahtera melindungi hati kita
seperti benteng.
Apakah Anda ingin menikmati damai sejahtera?
Inginkah Anda menikmati damai sejahtera hari ini? Dapatkah Anda berkata
dengan setulus hati bahwa Anda bersedia? Maka pahami dan terapkanlah
ketiga hukum rohani itu. Pahami bahwa tanpa kekudusan maka tidak akan
ada damai sejahtera. Jadi, bereskanlah hubungan Anda dengan Allah.
Bersihkanlah segala dosa. Akui segala dosa dan katakan, "Tuhan, ubahlah
sikap hati saya. Mengapa saya begitu mencintai dosa? Jadikanlah saya
mencintai apa yang baik, yang benar."
Dan yang kedua, pahami bahwa damai sejahtera itu hanya ada di dalam
Kristus. Mendekatlah kepada-Nya; berpeganglah pada-Nya. Tanpa Dia, Anda
tidak akan pernah memiliki damai sejahtera.
Dan yang ketiga, pahamilah bahwa damai sejahtera datang ke dunia ini
hanya di dalam hati Anda. Ini karena di luar ada kejahatan. Yang baik
dan yang jahat akan selalu bertentangan. Bersiaplah untuk masuk ke dalam
konflik. Bersukacitalah di dalam konflik itu karena dengan demikian Anda
tahu bahwa Anda berada di pihak yang baik dan pemihakan Anda
diperhitungkan oleh mereka yang jahat, dan itulah sebabnya mereka yang
jahat itu mulai menentang Anda.
Namun pastikanlah satu hal, dan saya
mohon, jangan jadikan hidup Anda sebagai medan perang. Biarlah konflik
itu terjadi di luar sana. Jangan biarkan konflik itu terjadi di dalam
diri Anda'
Saya teringat ketika pertama kali saya bertemu dengan Kristus, saya
bertemu dengan kedamaian. Di lapangan penjara Komunis China di Shenzhen,
tak jauh dari perbatasan Hong Kong. Saya bertemu dengan Allah untuk
pertama kalinya. Saya sudah sering bersaksi tentang kejadian pertama
kali saya bertemu dengan Allah dan saat Dia menjawab seruan saya.
Pengalaman pertama yang saya alami adalah damai sejahtera yang tak
terlukiskan di dalam hati. Saya tidak memahaminya saat itu. Saya tidak
mengerti tentang hukum-hukum rohani saat itu. Namun sekarang saya
mengerti apa artinya semua itu, saat pertama kali Anda bertemu dengan
Allah, itulah saat pertama kali Anda masuk ke dalam damai sejahtera.
Saya
harap Anda akan sering merenungkan tentang ketiga hukum rohani itu.
Ketiga hukum itu bisa mengubah hidup Anda. Dan jika Anda sudah memahami
hal-hal tersebut, maka Anda tidak akan salah jalan di dalam kehidupan
rohani Anda. Maka pesan yang disampaikan oleh para malaikat akan menjadi
kenyataan di dalam hidup Anda. "Damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya – yaitu orang-orang yang benar."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda
nama :................................
email:.................................
No hp:...............................
Tuhan memberkati