aya
baru saja menyelesaikan sebuah penelitian tentang orang orang muda di Singapura
dan pandangan mereka tentang Gereja. Ada banyak pengetahuan yang kami dapatkan,
tetapi satu hal menarik yang bersangkutan disini adalah hampir 50 persen dari
respondent mengatakan mereka tidak memahami apa artinya datang ke gereja.
Sesuatu yang menarik tapi juga memprihatinkan, karena sepertinya banyak dari
orang orang muda kita (paling tidak di Negara ini) tidak mengenal apa tujuan
mereka ada di dalam gereja.
Tetapi pertanyaan yang sama mungkin
perlu kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah tujuan kita datang ke
dalam gereja? Banyak yang mengatakan bahwa mereka ingin bertemu dengan Yesus.
Tetapi pertanyaan selanjutnya datang, apakah kita benar benar mengenal sang
Mesias tersebut?
Sebuah kisah kecil di dalam buku Yoh 1:
35-42 memberikan kita sebuah renungan tentang apa arti Mesias bagi 2 orang yang
tertulis di dalam cerita ini. Saya berdoa sementara kita mendalami kisah mereka
semoga hati kita akan diperbaharui dengan semangat baru dalam mengenal Mesias
kita.
1.
Yohanes
Pembabtis: Di
dalam Yoh 1 kita menemukan akan sepupu Yesus ini yang telah menjadi pengkhotbah
terkenal di seantero Palestina. Dia sangat terkenal, sampai sampai sebagian
orang berpikir dialah Mesias yang dijanjikan tersebut. Akan tetapi Yohanes
dengan rendah hati mengatakan bahwa dia hanyalah pengabar berita biasa dan bukanlah
sang Mesias. Bahkan dia katakan, “melepas kasutnyapun aku tak layak” Ketika
Yesus muncul, segeralah Yohanes berseru “inilah sang Anak Domba!” Ini bukanlah
kali pertama Yohanes menyerukan statement ini, tetapi mengapa dia mengatakannya
sekarang? Ayat 35 secara gamblang mengatakan kalau saat itu ada 2 orang
muridnya bersama sama dengan dia dan segera mereka mengikuti Yesus setelah
mendengar ucapan dari guru mereka. Bagi Yohanes, Yesus adalah Sang Bintang, dan
dia hanyalah penunjuk Jalan. Ada banyak kisah sedih yang saya dengarkan
bagaimana seringkali kita menempatkan diri kita sebagai sang Bintang dan bukan
sebagai penunjuk Jalan. Yohanes telah mencapai puncak kesuksesannya dalam waktu
cerita ini disampaikan. Orang berduyun duyun datang untuk mendengarkan khotbah
dari Yohanes. Yohanes bisa saja mulai merasa dirinya lebih pantas untuk
mendapatkan popularitas, dan inilah kesempatan bagi dia untuk mendeklarasikan
kalau dialah sang mesias itu sendiri. Tetapi Yohanes tetap setia pada panggilan
hidupnya, dan bahkan dia tidak mengatakan apa apa saat muridnya meninggalkannya
dan mengikuti sang Bintang yang sebenarnya. Sangat disayangkan banyak orang
Kristen saat sekarang ini merasa merekalah Bintang dan bukan sang penunjuk
Bintang. Banyak dari kita yang merasa cemburu dan sakit hati saat kepopuleran
kita mulai sirna dan seringkali mimbar, acara gereja, perkumpulan Alkitab, KKR,
dan seminar menjadi ajang persaingan gantinya kita bekerja sama dalam menuntun
semua orang melihat sang Bintang, sang Anak Domba yang sebenarnya. Kita
bersaing sebagai pembicara yang lebih baik, lebih popular, lebih terkenal. Kita
ingin selalu ada di dalam perhatian orang banyak gantinya menunjukkan mereka
kepada sang Domba yang telah datang. Karakter Yohanes mengingatkan kita kembali
pada tugas kita, sebagai penunjuk Jalan dan bukanlah sebagai sang Bintang.
Sebab Kristuslah sang bintang itu, dan bukan kita. Yesuslah yang harus
ditinggikan dan bukanlah kita.
2.
Andreas: Kita Yohanes
menuliskan akan kehadiran seorang karakter yang lain dan orang itu adalah
Andreas. Sangat menarik untuk melihat bahwa Andreas adalah karakter yang
sedikit bicara dan banyak bekerja. Saat dia mengetahui bahwa Yesuslah mesias
yang dijanjikan itu, maka segera dia mengikuti sang guru dan belajar padanya.
Saat Andreas yakin bahwa dia telah menemukan sang Mesias yang sebenarnya, maka
segeralah dia memangil saudaranya Petrus untuk menemui Yesus. Andreas adalah
karakter yang unik, sebab tidak banyak cerita yang kita tahu tentang rasul ini.
Tetapi setiap kali dia muncul, Andreas selalu membawa orang yang tepat untuk
saat yang tepat. Kali kedua kita menemukan Andreas adalah saat dia membawa
bocah kecil dengan 5 roti dan 2 ikan, sementara murid2 Yesus yang lain masih
kebingungan dan berdebat tentang bagaimana memberi makan 5000 orang. Bagi
Andreas, Mesias adalah segala galanya. Mesias inilah yang menjadi pusat
hidupnya dan tidak ada bagian hidupnya yang lain yang terpenting selain
berjalan dan hidup dengan sang Rabi. Sebagaimana yang kita bisa amati, Andreas
bukanlah murid yang banyak mendapat cerita di dalam Injil. Sebaliknya
saudaranya Petrus, merupakan sosok yang sangat dikenal bahkan di luar dunia
Kekristenan. Petrus selalu ada di dalam kisah2 Yesus, Petrus adalah Rasul kedua
yang paling terkenal setelah Paulus. Petrus bahkan masuk dalam lingkaran murid2
Yesus yang paling Dia cintai. Andreas sepertinya hilang kepopularitasnya segera
setelah dia memperkenalkan Petrus kepada Yesus. Tetapi satu hal yang kita tahu
(Sekalipun Alkitab tidak menjelaskan secara gamblang) Andreas hadir di dalam
setiap langkah pelayanan Kristus bersama sama dengan saudaranya Petrus. Andreas
ada di sana saat Yesus mengubah air menjadi anggur. Andreas ada di sana saat
Yesus membangkitkan orang Mati, Andreas ada di sana saat Kristus mengalahkan
Roh Setan di dalam orang orang yang dirasuk, Andreas ada di sana saat Yesus
memecahkan roti dan memberikan pesanNya sebelum Dia disalibkan. Bagi Andreas
Yesus adalah segala galanya dan Tradisi menuliskan bahwa Andreas mati dengan
cara disalibkan pada salib yang berbentuk “X” dan sampai sekarang orang
mengenalnya sebagai “St.Andrew’s Cross” atau “Salib Andreas”
Saya diingatkan kembali akan arti mesias
melalui dua karakter ini yang dituliskan oleh Yohanes. Di satu sisi, kita
melihat Yohanes Pembabtis, sang pengkhotbah terkenal yang tidak termakan oleh
kesombongan diri bahkan dengan rendah hati mengabarkan kabar keselamatan bagi
semua orang tanpa berpikir banyak tentang popularitas dan peninggian diri kita
sendiri. Bagi Yohanes Pembaptis, dirinya bukanlah sang Mesias dan dia hanyalah
penunjuk jalan kepada sang mesias tersebut. Ini mengingatkan kita lagi bahwa
kita juga adalah sang penunjuk Jalan. Kita bukanlah jalan itu. Ada satu amaran
berharga buat kita yang telah popular dan dikenal luas oleh banyak orang,
tunjukannlah Mesias itu dan bukan kita.
Di sisi yang lain kita melihat Andreas,
sang Rasul yang tidak banyak kita ketahui selain seorang yang sedikit bicara
dan banyak bekerja. Tetapi pekerjaannya sangat efektif dan menjadi berkat buat
semua orang di sekitarnya. Saya mengingat statement seorang pendeta yang
mengatakan “ Terlalu banyak Petrus di gereja, sementara yang kita butuhkan
adalah Andreas!” Statement ini mungkin ada bumbu sarkasmenya, tetapi ada
kebenaran di dalamnya. Terlalu banyak dan terlalu sering kita dihadapkan pada
pencobaan untuk ingin penampilan kita,
pertunjukan kita, yang menjadi sarana bagi orang untuk datang kepada Kristus.
Tetapi tidak banyak yang tertarik bekerja secara tenang seperti Andreas tanpa
semua popularitas tetapi selalu membawa orang kepada Yesus. Pertama adalah
saudaranya sendiri, Petrus dan kemudian bocah yang menyediakan makanan bagi
5000 orang laki laki.
Semuanya dia lakukan bukan demi
popularitas, atau penghargaan diri tetapi oleh karena baginya Kristus adalah
segala galanya. Kristus adalah mesias, dan bagi Andreas; sebagaimana juga bagi
Yohanes Pembabtis, kepopuleran, penghargaan, apresiasi, dan semuanya itu
bukanlah lagi menjadi hal yang paling penting untuk diraih.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda
nama :................................
email:.................................
No hp:...............................
Tuhan memberkati