HARKAT SEJATI
Apa yang kita ingat dari hari Kartini? Kebaya dan sanggul klasik?
Atau perjuangannya mengangkat harkat perempuan, yang pada zamannya
dianggap lebih rendah daripada laki-laki? Ya, Kartini gemas karena
perempuan di zamannya dianggap sebagai makhluk lemah, kodratnya
hanya untuk melayani laki-laki dan mengerjakan urusan remeh-temeh
di
rumah. Sebab itu, perempuan tak perlu berpendidikan tinggi. Cukup
laki-laki saja.
Alkitab mengajar kita bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
harkat
yang sama, karena keduanya diciptakan menurut gambar Allah
(Kejadian
1:27). Kita tentu berharap Israel, umat pilihan Allah, menjunjung
tinggi nilai ini. Namun, peringatan keras Yesus kepada mereka yang
memandang perempuan serta menginginkannya (maksudnya, memandang
dengan nafsu berahi) memberi indikasi bahwa ada kecenderungan
tersebut dalam masyarakat pada zaman-Nya.
Kini perempuan tak lagi direndahkan dalam pendidikan dan karier.
Namun, benarkah harkat perempuan masa kini lebih dihargai
dibanding
zaman Kartini? Apakah sosok perempuan yang diangkat berbagai
industri media dan hiburan di sekitar kita menunjukkan harkat
perempuan sebagai gambar Allah yang terhormat; atau justru
mendorong
lebih banyak orang memandang perempuan dengan cara yang tak
pantas?
Bagaimana kita menyikapinya? Pikirkan prinsip seorang pemimpin
kristiani berikut ini: "Para laki-laki yang mengikut Yesus menjaga
mata mereka demi kebaikan para perempuan dan kemuliaan Tuhan yang
menciptakannya. Para perempuan yang mengikut Yesus memperlakukan
tubuhnya menurut nilai-nilai Yesus, bukan nilai-nilai dunia."
--ELS
MENJUNJUNG KESAMAAN HARKAT ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
BERARTI SALING MENGHORMATI SEBAGAI SESAMA GAMBAR ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda
nama :................................
email:.................................
No hp:...............................
Tuhan memberkati