Apakah Kita Membutuhkan
Orang-orang Advent
sebagai Pengacara?1
Oleh
Karnik Doukmetzian, Esq2
(Diterjemahkan secara bebas oleh Joice Manurung)
Artikel
di bawah ini yang merupakan terjemahan membahas tentang betapa perlunya kita
memiliki orang-orang Advent yang bergerak di bidang hukum. Judul aslinya adalah “Do We Need Adventist
Lawyers” yang dimuat di dalam Majalah Dialogue, Volume 11, Nomor 3 tahun 1999,
pada kolom View Point. Tulisan ini pula
yang menguatkan saya pada waktu kuliah di fakultas hukum bahwa pilihan yang
saya ambil tidaklah salah walaupun pada saat itu pun masih banyak orang Advent
yang tidak begitu menyetujui jika ada orang Advent yang bergerak di bidang
hukum terutama menjadi pengacara atau hakim.
Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas bagi para pembaca, di dalam
artikel ini ada beberapa tambahan dan perubahan seperlunya yang saya lakukan.
D
|
ua
puluh tahun yang lalu, ketika generasi saya memikirkan pilihan-pilihan karir
yang akan mereka ambil, menjadi seorang pengacara merupakan suatu pilihan yang
jarang diambil di banyak negara.
Anggota-anggota jemaat tidak akan menyetujui mereka yang ingin kuliah di
bidang hukum dan menganjurkan mereka untuk memilih karir yang lain. Pemahaman yang salah mengenai peran seorang pengacara
menuntun kepada nasihat yang salah, yang sering kali berakibat rasa frustasi di
antara orang-orang muda. Mereka ingin
melayani saudara-saudara mereka sesama orang percaya dan masyarakat pada
umumnya melalui profesi di bidang hukum, namun gereja mereka lebih menginginkan
agar mereka masuk ke dalam bidang kependetaan (ministry) atau menjadi guru atau dokter.
Saya teringat akan suatu peristiwa
yang terjadi tidak lama setelah saya lulus dari fakultas hukum. Saya ikut serta pada suatu kegiatan gereja mengenai
kebebasan beragama manakala seorang anggota dengan tajam bertanya kepada saya,
“Bagaimana mungkin engkau bisa menjadi seorang Advent dan seorang pengacara
pada saat yang bersamaan?” Saya bahkan
pernah mendengar beberapa orang mengatakan bahwa Ellen White telah menyatakan
ketidaksetujuannya untuk memilih karir dalam bidang ini.
Faktanya
adalah bahwa Ellen White memberikan nasihat yang sungguh-sungguh berbeda –
namun tetap diperdebatkan – mengenai bidang ini: “It requires more grace, more stern discipline of character, to work
for God in the capacity of mechanic, merchant, lawyer, or farmer, carrying the precepts of Christianity into the
ordinary business of life, than to labor as an acknowledged missionary in the
open field. It requires a strong spiritual nerve to bring religion into the
workshop and the business office [tambahan penulis: shall we say, courtroom?],
sanctifying the details of everyday life, and ordering every transaction
according to the standard of God's word. But this is what the Lord requires.”3
Terjemahan
bebasnya adalah sebagai berikut: “Bekerja
bagi Allah dalam kapasitas sebagai ahli mesin, pedagang, pengacara, atau petani yang membawa nilai-nilai Kekristenan ke
dalam kehidupan usaha yang dilakukan setiap hari, menuntut lebih banyak
kebaikan hati, usaha yang lebih keras untuk mendisiplinkan tabiat, dibandingkan
jika bekerja sebagai pengabar Injil yang terkenal di tempat-tempat
terbuka. Dibutuhkan suatu urat syaraf
rohani yang kuat untuk membawa agama ke dalam tempat kerja dan perusahaan
[mungkin kita bisa juga mengatakan ruang pengadilan?], menyucikan setiap hal
kecil dalam kehidupan sehari-hari, dan mengatur setiap kegiatan menurut standar
firman Allah. Namun inilah yang Allah
kehendaki.”
Dikotomi yang keliru antara praktek
hukum melawan praktek Kekristenan tetap saja berlangsung. Banyak yang memandang bahwa kedua aktivitas
ini tidaklah cocok satu sama lain.
Rutinitas sehari-hari dari seorang pengacara membawa tantangan secara
terus-menerus terhadap nilai-nilai Kekristenan dan agama seseorang. Ada waktunya ketika kita harus menyatukan
keterampilan dalam profesi kita dengan tuntutan moral dari iman kita. Bagaimanakah para pengacara, yang mengetahui
kesalahan-kesalahan kliennya, terus melanjutkan usaha pembelaan yang mungkin berakibat
mereka dibebaskan? Bagaimanakah para
pengacara, dalam usaha mencari “kebenaran”, menimbang dan menunjukkan
bukti-bukti yang mungkin berlawanan dengan kepentingan klien mereka? Bagaimanakah para pengacara menghadapi klien
yang berada di bawah sumpah, tetapi akan memberikan kesaksian palsu demi
keuntungan mereka sendiri?
Ketegangan-ketegangan antara hukum dan harapan-harapan tertinggi dari
seseorang secara terus-menerus selalu diselesaikan oleh para pengacara Kristen
yang bertanggung jawab. Suatu ketika
Abraham Lincoln pernah berkata bahwa “seseorang yang ingin melakukan praktek
hukum harus menyelesaikan segala perkara dengan jujur; dan apabila dalam
penilaianmu sendiri engkau tidak dapat menjadi pengacara yang jujur,
selesaikanlah itu dengan jujur tanpa harus menjadi pengacara.”
Profesi
hukum telah ada sejak permulaan dunia ini, bahkan ada lelucon khusus untuk ini. Seorang dokter, seorang insinyur dan seorang
pengacara sedang memperdebatkan mengenai profesi siapakah yang tertua. Sang dokter menegaskan bahwa tentu saja
profesi dokter yang tertua karena dokterlah yang memindahkan tulang rusuk Adam
untuk menciptakan Hawa. Sang insinyur
membantah, “Tentulah seorang insinyur karena insinyurlah yang pastinya merancang
Taman Eden.” “Kalian semua salah,” kata
sang pengacara dengan bangga. “Sebelum
Adam dan Hawa, sebelum Taman Eden, sebelum penciptaan, keadaan masih
sangat kacau, menurut kalian siapa yang
menciptakan kekacauan tersebut?”
Suatu
ketika Kaisar Perancis Napoleon pernah berkata bahwa “praktek hukum merupakan
siksaan yang terlalu berat bagi umat manusia yang lemah ini. Manusia yang menyesuaikan dirinya dengan
kebenaran-kebenaran yang telah diselewengkan, dan kepada perasaan gembira akan
keberhasilan dari ketidakadilan, pada akhirnya hampir tidak dapat mengetahui
yang benar dan yang salah.” Bukankah
William Shakespeare pernah berkata dalam
Henry VI “Mari kita binasakan seluruh pengacara!” Adakah keraguan mengapa beberapa di antara
kita yang terlibat dalam praktek hukum menghadapi tantangan-tantangan yang sama
seperti yang kita hadapi atau mengapa yang lainnya, yang tidak terhitung
jumlahnya berhasil dianjurkan untuk tidak memasuki profesi tersebut karena
takut “kehilangan iman dan hati nurani mereka?”
Rasa Keadilan
Meskipun menghadapi tantangan tersebut, orang-orang Advent yang menjadi perintis dalam
bidang hukum telah membuka jalan dengan menempatkan rambu-rambu bagi mereka
yang mengikuti langkah-langkahnya. Para
pionir ini tidaklah dimotivasi oleh anggota-anggota jemaat atau pendapat para
pengacara di dunia melainkan karena rasa keadilan dan semangat misionari untuk
menjadi penasihat hukum demi kepentingan mereka yang hak-haknya terinjak-injak
dan untuk bersaksi dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Tindakan mereka menumbuhkan kesadaran bahwa
para pengacara Advent ini berjuang demi iman di arena-arena yang hanya
merekalah yang memiliki akses ke dalamnya.
Pada waktu saya memasuki fakultas hukum di Kanada, ada tiga pengacara
Advent di seluruh Kanada. Dalam beberapa
tahun jumlah itu telah berkembang menjadi lebih dari 30 orang. Hal yang sama juga dapat dilihat di seluruh
dunia. Tidak hanya jumlah pengacara
Advent saja yang meningkat tetapi lebih dan lebih banyak lagi dari kita yang
menemukan bahwa bekerja di gereja dalam kapasitas resmi dapat sepenuhnya
dilakukan sebagaimana halnya dalam praktek-praktek yang dilakukan secara
pribadi Kantor Penasihat Hukum untuk
urusan umum (the Office of General Counsel [OGC]) di General Conference Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh menyusun daftar orang-orang Advent di seluruh dunia
yang berprofesi sebagai pengacara. Pada
akhirnya ada lebih dari 1000 orang pengacara Advent di 68 negara. OGC juga
menerbitkan majalah dwi-tahunan yang disebut JD4 yang di samping menerbitkan artikel-artikel tentang para
pengacara, juga memuat daftar seluruh pengacara Advent.5
Saat ini banyak yang setelah mengikuti impian-impian mereka pada akhirnya
menjadi para praktisi yang terkemuka, terpilih untuk menempati posisi-posisi di
pengadilan, bekerja di badan pembuat undang-undang, mengajar di sekolah-sekolah
hukum, membela yang tertindas, menemukan hukum sehingga yang lain akan
mendapatkan manfaatnya, memperjuangkan kebebasan beragama, dan melayani di
gereja dalam kapasitas yang jumlahnya terlalu banyak untuk disebutkan.
Saya mengingat kembali rekan-rekan yang sangat terkemuka seperti David
Nsereko, dekan fakultas hukum di Universitas Botswana; almarhum Jerry Wiley,
pembantu dekan di fakultas hukum University of Southern California yang
terkenal itu; Daniel Basterra, profesor dalam bidang hukum tata negara di
Universidad Complutense di Madrid, hakim pada Pengadilan Tinggi Spanyol dan
direktur Kepentingan Umum dan Kebebasan Beragama untuk gereja-gereja di Uni
Spanyol.
Saya mengingat kembali kepada Mary Atieno Ang’awa, hakim pada Pengadilan
Tinggi Kenya; Hakim Sevua dan Salika yang bekerja di Pengadilan Nasional Papua
New Guinea; Terry Finney yang telah pensiun sebagai hakim di California; John
Bagnall pada Pengadilan Ganti Rugi di Australia (Australian Compensation
Court); dan Peter Jackson sebagai circuit judge
di Inggris. Orang-orang ini telah
menjadi orang-orang Advent yang pertama di negaranya sendiri untuk mengambil
posisi-posisi di pengadilan.
Boleh jadi Hakim Jackson menyimpulkan para hakim pionir ini dengan sangat
baik ketika ia memilih motto untuk logo kantornya, yaitu Laudate Deum, yang
berasal dari bahasa Latin yang artinya “Pujilah Tuhan.” Hakim Jackson menjelaskan bahwa ia memilih
moto itu karena “ Allah telah dan selalu berkuasa dalam kehidupan saya.” Pada bagian puncak dari logo itu juga
terdapat sebuah salib, di mana Hakim Jackson menyatakan, “Saya ingin Kristus
berada dalam kehidupan saya.” Setiap
individu dari para pionir ini telah menunjukkan teladannya kepada kita yang
sedang mengikuti jejak mereka, bahwa mereka berjuang demi iman di arena yang
hanya merekalah yang memiliki akses untuk masuk ke sana.
Saya juga teringat akan Lee Boothby, seorang pembela yang selalu hati-hati
yang menangani permasalahan mengenai status sahnya gereja di dalam dan di luar
Amerika Serikat; Gerald Chipeur, ahli hukum tata negara di Kanada untuk bidang
kebebasan beragama; dan Mitchell Tyner, seorang pengacara yang menolong
orang-orang yang beriman dalam berbagai kasus yang menyangkut tindakan
diskriminasi beragama di Amerika Utara.
Terdapat juga mereka-mereka yang telah menggunakan pengetahuan hukumnya
untuk memperbaiki kehidupan para anggota jemaat, untuk melindungi
kepentingan-kepentingan gereja, dan untuk memberikan nasihat-nasihat kepada
badan-badan yang berada di dalam gereja sehingga mereka akan melindungi diri
mereka sendiri dari permasalahan-permasalahan hukum.
Daftar di atas bukanlah merupakan daftar yang lengkap melainkan hanya
mewakili sebagian besar penasihat hukum yang berkualitas tinggi dan kompeten
yang merupakan orang-orang Advent yang setia.
Setiap pengacara dengan caranya sendiri telah mempengaruhi, menolong,
dan memberikan nasihat kepada gereja.
Banyak dari mereka yang telah memberikan waktu dan keahliannya untuk
menolong para anggota jemaat, membantu pelayanan-pelayanan di dalam gereja,
menyelenggarakan kebaktian kebangunan rohani, dan memberikan nasihat dalam
permasalahan kebebasan beragama di mana pada bidang ini hanya merekalah yang
mampu untuk melakukannya.
Pengaruh yang Kuat dari Suatu Pilihan
Sedikit yang saya ketahui, ketika saya mempertanyakan karir yang saya
pilih, bahwa pilihan tersebut nantinya tidak hanya berpengaruh besar kepada
diri saya sendiri melainkan juga kepada orang lain. Tidak lama setelah saya mulai berpraktek,
saya didatangi beberapa pejabat dari Gereja Advent, yang meminta saya untuk
membantu seorang pengacara (barrister)7 terkenal yang sedang menangani kasus seorang anggota gereja yang
kehilangan pekerjaannya sebagai akibat dari keyakinan agama dan keputusannya
untuk tidak bekerja pada hari Sabat.
Untuk mempersiapkan kasusnya, pengacara ini harus mengerti tentang Sabat
dan apa artinya bagi orang-orang Advent – kebebasan untuk melakukan kegiatan
keagamaan itu tidaklah berlaku semata sebagai suatu prinsip yang dianut oleh
orang-orang Advent. Pada saat persiapan
tersebut selesai, ia telah mengerti sepenuhnya
tentang Gereja Advent dan ajaran-ajarannya.
Persiapan ini telah menolongnya untuk memberikan argumentasi-argumentasi
hukum di hadapan Mahkamah Agung Kanada, yang akhirnya menjadi sebuah putusan
penting (landmark decision) yang diberlakukan untuk kepentingan seseorang dalam
hal kebebasan beragama dan hak untuk menolak untuk bekerja pada hari perhentian
mereka, dan sebagai konsekuensinya menjadi tanggung jawab pemberi kerja untuk
melakukan penyesuaian.
Tujuh tahun kemudian, giliran saya untuk tampil di hadapan pengadilan yang
sama mewakili gereja. Kasus ini adalah
kasus yang sama tentang penyesuaian (accommodation case) dalam berhari Sabat,
di mana kasus tersebut nantinya akan lebih menguatkan hak-hak dan perlindungan
kepada individu. Dengan didampingi oleh
dua orang pengacara Advent yang masih muda, saya muncul ke hadapan Mahkamah
Agung Kanada untuk mewakili seorang anggota gereja. Tugas kami adalah meminta kepada pengadilan
untuk menjelaskan kepada serikat pekerja supaya membantu dan bukannya
menghalangi usaha-usaha para pemberi kerja untuk membantu keyakinan beragama
dari seorang karyawan yang beragama Advent.
Bisa sampai kepada tingkat pengadilan yang tertinggi di negara ini
merupakan suatu prestasi tersendiri; dengan membantu memberikan nasihat hukum
dan sampai kepada suatu keputusan pengadilan yang akan memberikan dampak yang
sangat besar kepada orang banyak, tampaknya menjadi suatu tugas yang menakutkan
– terutama bagi ketiga pengacara muda ini.
Namun Allah selalu berada di pihak kita.
Ia telah berjanji apabila kita melakukan bagian kita maka Ia akan campur
tangan dan melakukan bagian-Nya. Campur
tangan itu datang ketika anggota majelis hakim memasuki mimbar pengadilan. Anggota majelis hakim yang bersidang pada
tingkat Mahkamah Agung termasuk seseorang yang tujuh tahun yang lalu telah
melakukan argumentasi terhadap kasus penyesuaian (accommodation case) terhadap
anggota jemaat kita. Ketika beberapa
bulan kemudian putusan pengadilan mengenai kasus ini dibuat, putusan ini
dihasilkan dengan suara bulat yang isinya mengabulkan setiap perlindungan hukum
yang telah kita minta. Malah pada
kenyataannya, keputusan tersebut dibuat oleh hakim yang sama yang beberapa
tahun yang lalu mendalilkan argumentasi-argumentasi hukum yang sama untuk
anggota gereja Advent.
Kita tidak pernah tahu mengapa Allah membiarkan beberapa peristiwa tertentu
terjadi, namun masing-masing kita telah ditempatkan dalam berbagai jenis posisi
untuk suatu tujuan tertentu. Hidup kita
haruslah terbuka terhadap tuntunan Roh Kudus sehingga kehendak Allah dapat
terjadi dalam kehidupan kita dan di samping itu kita dapat digunakan sebagai
alat-Nya sesuai dengan panggilan yang kita terima atau pekerjaan kita. Jika kita terbuka akan panggilan Allah, Ia
akan bekerja melalui kita dengan cara yang ajaib dan menarik orang-orang yang
membutuhkan-Nya kepada kita. Profesi
hukum memberikan kesempatan yang begitu unik untuk melakukan hal-hal tersebut.
Apakah anda sedang memikirkan bahwa hukum adalah karir yang akan
diambil? Apabila anda berkomitmen kepada
Allah dan kebenaran-Nya yang tetap, seharusnya jawaban untuk pertanyaan
tersebut adalah Ya! Tidak hanya untuk
membela sesama kita dari kesewenang-wenangan, penindasan, dan kekerasan, tetapi
juga untuk mengabarkan Injil Yesus dengan cara yang begitu unik yang hanya
terbuka bagi mereka di medan yang penuh dengan perjuangan ini.
Catatan dan Referensi
[1] Tulisan ini
merupakan terjemahan dari judul aslinya “Do We Need Adventist Lawyers?” yang
dimuat dalam majalah Dialogue. Majalah Dialogue
judul lengkapnya “College and University Dialogue”, merupakan suatu jurnal yang
sifatnya internasional yang berisi tentang iman, pemikiran dan kegiatan,
dipublikasikan tiga kali dalam satu tahun dalam empat edisi (Inggris, Prancis,
Portugis dan Spanyol) di bawah dukungan Komite Adventist Ministry to College and University Students (AMiCUS) General Conference Gereja Masehi Advent
Hari Ketujuh yang mengurusi para mahasiswa Advent yang kuliah di
universitas-universitas non-Advent.
2 Karnik
Doukmetzian, (B.A Hons., LLB., University of Windsor) pada saat penulisan
artikel ini melayani sebagai wakil Presiden Adventist Risk Management, Inc.,
bertanggung jawab atas departemen Captive
Underwriting, Klaim dan Tingkat Resiko (Risk
Placement) dari ARM. Lebih lanjut mengenai tugas beliau di ARM, Doukmetzian
juga merupakan wakil presiden dari Gencon Insurance Company of Vermont, Gencon
Insurance Service, Inc., Gencon Agency, Inc. dan akan menangani tugas-tugas corporate secretary di ARM dan afiliasi
dari perusahaan Gencon. Seorang pengacara dan anggota asosiasi
pengacara di Amerika Serikat dan Kanada, Doukmetzian lulus dari York University dengan gelar kesarjanaan
di bidang Studi Strategis. Beliau
memperoleh sarjana hukumnya dari University
of Windsor di Ontario, Canada. Pada
tahun 1997, beliau berada di ARM sebagai pengacara klaim di Departemen
Klaim. Sebelum berada pada posisi
sekarang ini, beliau melayani sebagai Direktur General Counsel and Public Affairs and Religious Liberty (Penasihat
Umum dan Kepentingan Masyarakat dan Kebebasan Beragama) pada Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh di Kanada., dan penasihat hukum dan pengawas keuangan untuk
sebuah firma elektronik di Ontario.
Beliau dapat dihubungi di: 12501 Old Columbia Pike; Silver Spring,
Maryland 20904; USA atau e-mail: 74617.2627@compuserve.com. Profil beliau selengkapnya dapat dilihat di www.adventistrisk.org.
Esq. merupakan
singkatan dari Esquire. Menurut Law Dictionary, Esquire merupakan
istilah yang biasa diberikan sebagai kepangkatan bagi para tuan tanah di
Inggris dan selanjutnya biasa digunakan kepada barristers (pengacara), sergeants,
dan judges (hakim) di Inggris. Sekarang ini digunakan sebagai tambahan gelar
bagi mereka yang telah terdaftar untuk melakukan praktek hukum di Amerika
Serikat. Gifis, Steven.H., Law Dictionary (Hauppauge, New York:
1996), p. 174.
Adventist
Risk Management, Inc. adalah merupakan perusahaan asuransi yang berada di bawah
naungan General Conference Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh. Adventist Risk Management, Inc.
menyediakan solusi untuk meminimalkan resiko di dalam Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh. ARM memberikan nasihat dan
merekomendasikan ukuran-ukuran yang tepat untuk menolong gereja dalam
memperkecil kesalahan-kesalahan yang akan memakan biaya yang akhirnya dapat
membawa kepada resiko kecelakaan.
3 White, Ellen. G., Messages to Young People, pp. 215, 216,
section 66 compiled in Spirit of Prophecy
Library Volume 3, (Harrah, Oklahoma, USA: Academy Enterprises, Inc.) p.
1540.
4Menurut Law
Dictionary pengertian sebenarnya dari J.D adalah sebagai berikut “Juris
Doctor”. Degree awarded today upon completion of formal legal studies by most
American law schools. The degree was
formerly designated LL.B.” Adapun
terjemahan bebasnya adalah “Juris Doctor.
Gelar yang diberikan pada zaman sekarang setelah menyelesaikan
pendidikan hukum secara formal oleh kebanyakan sekolah-sekolah hukum di
Amerika. Sebelumnya disebut LL.B.”
Gifis, Steven.H., Law Dictionary (Hauppauge, New York:
1996), p. 267.
5J.D diterbitkan
dalam bahasa Inggris pada tahun-tahun genap oleh General Conference Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh dan tersedia secara gratis bagi para pengacara dan
mahasiswa fakultas hukum. Bagi mereka
yang tertarik untuk dicantumkan atau mendapatkan terbitannya, dapat menulis
surat kepada Robert Nixon, Esq.; General Counsel; General Conference of
Seventh-day Adventist; 12501 Old Columbia Pike, Silver Spring, Maryland 20904;
USA atau dengan e-mail: bobnix@compuserve.com.(alamat
ini digunakan pada saat diterbitkannya publikasi artikel ini)
6Circuit Judge adalah hakim,
yang menurut Law Dictionary adalah hakim yang melakukan perjalanan keliling
dari satu lokasi ke lokasi yang lain atau memegang pengadilan di berbagai
tempat. Lihat kembali: Gifis, Steven.H.,
Law Dictionary (Hauppauge, New York: 1996), p. 76.
7Menurut Law
Dictionary pengertian Barrister adalah satu dari dua tingkatan praktisi hukum
yang fungsinya adalah “memberikan bantuan hukum pada kasus-kasus di pengadilan
terbuka” dan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan kasus tersebut. .
.ibid., p.46.
8Pada saat
penulisan artikel ini kutipan dari kasus ini dapat dilihat secara on-line di
www.lexum.umontreal.ca/csc-scc/ en/pub/1993/vol4/html/1993scr4_0141, yaitu
kasus Central Okanagan School District No. 23 v. Renaud, [1992]. Atau alamat terbaru
dapat dilihat di http://csc.lexum.org/fr/1992/1992rcs2-970/1992rcs2-970.html
Vice President, Adventist Risk Management, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda
nama :................................
email:.................................
No hp:...............................
Tuhan memberkati